Archive for Januari, 2009

Januari 8, 2009

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam
Peningkatan Keserasian Pendidikan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc.
Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed.
Dr. Nyayu Khodijah, M. Si.

oleh :
Diana Yulianty
NIM 20082013031
Kelas Sore B

Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2008/2009

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………
B. Permasalahan ……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…………………………………
B. Pelaksanaan PAUD di Indonesia………………………………………………………..
C. Model Pembelajarn Sentra……………………………………………………………….
D. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini……..

PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M. Sc., bapak Dr. Djamaah Sopah, M. Sc. Ed., dan ibu Dr. Nyayu Khodijah, M. Si., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.
Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.
Demikianlah, ibarat kata pepatah Tak ada Gading yang Tak Retak kalau Tak Retak bukan Gading namanya, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian, untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan “usia emas” bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik merupakan landasan keberhasilan pendidikan di masa depan.
Kesadaran akan pentingnya PAUD cukup tinggi di negara maju dan sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu, sedangkan di Indonesia baru berlangsung pada saat ini itupun belum banyak disadari masyarakat begitu juga praktisi pendidikan lainnya. PAUD merupakan salah satu aplikasi teknologi pendidikan dalam peningkatan keserasian pendidikan. Oleh karena itu PAUD perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari kita semua yang ingin mendapatkan generasi mendatang yang lebih baik dengan mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, sekarang ini.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan PAUD ?
2. Bagaimana pelaksanaan PAUD di Indonesia ?
3. Apa Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam PAUD ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Amandemen UUD 1945, Pasal 28b mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak adalah penerus orangtua menjadi harapan di masa yang akan datang dan menjadi sumber motivasi saat ini. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun. Anak usia dini sangat memerlukan bimbingan pendidikan dari orangtua dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan anak usia dini merupakan landasan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Kajian Teori/Ilmiah tentang hal ini yang dikemukan para ahli adalah :
1. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya
2. Hasil Penelitian di bidang Neorologi: Osbon, White, Bloom)
Perkembangan Intelektual
Usia Mencapai

0 s/d 4 tahun
4 s/d 8 tahun
8 s/d 18 tahun 50%
80%
100%

Pertumbuhan Fisik

Usia
Mencapai

0 tahun
6 tahun
12 tahun 25%
90%
100%
Jadi anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia SD tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 th) pun sebenarnya sudah terlambat

3. Stimulasi Otak
a. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberi makan serta memberikan stimulasi psikososial (pendidikan)
b. Faktor penghambat pertumbuhan otak:
1) Gizi buruk dan gizi tidak seimbang
2) Derajat kesehatan yang rendah
3) Kurangnya/tidak mendapatkan stimulasi psikososial (jarang disentuh atau diajak bermain)
4) Lingkungan yang miskin untuk bisa dieksplorasi anak
c. Stimulasi otak menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial, gizi dan kesehatan sebagai faktor yang saling terkait satu sama lain secara sinergistik dalam proses tumbuh-kembang anak.

Penegasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini dinyatakan dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu bahwa (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dan (2) selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pelaksanaan PAUD di Indonesia
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.
2. PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat.
3. PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan dalam keluarga, pendidikan oleh lingkungan.
PAUD bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Pengelolaan satuan PAUD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madarasah.
Pendidikan bagi anak pada usia dini sangat memegang peranan penting karena anak memiliki karakteristik perkembangan dan kemampuan tersendiri. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang masa anak merupakan masa yang sangat penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montessori (Standing 1962:131) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (2007:242) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan masa peka atau periode sensitive, yaitu suatu periode di mana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang dan diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Bila masa peka untuk berbicara terlewati (tidak mendapatkan pengembangan secara intensif pada waktunya), anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Erikson (Helms & Turner 1983:64) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu, padahal anak dapat melakukannya sendiri, dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
Froebel (Roopnaire & Johnson 1993:56) dalam Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Ernawulan Syaodih 2007:242) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh karenanya, masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Menurutnya, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu ”taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Pendidikan bagi anak usia dini berpegang pada prinsip bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak adalah makhluk yang memiliki dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bersifat jamak, yang semuanya harus diberi peluang sama untuk berkembang secara optimal. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan serta hak untuk dilindungi.
Rentangan anak usia dini menurut Undang-undang nomor 20/2003 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan anak usia dini :
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudatul Athfal (RA)
3. Kelompok Bermain (KB)
4. Taman Penitipan Anak (TPA)
5. Sekolah Dasar usia < 6 tahun
6. Bina Keluarga Balita
Anak Usia 0- 6 tahun yang terlayani pendidikan
No Jenis Layanan Jumlah Anak Terlayani % terhadap Populasi
1 Bina Keluarga Balita (BKB) 2.526.205 9,47%
2 Taman Penitipan Anak (TPA) 15,308 0,05%
3 Kelompok Bermain (KB) 36,649 0,14%
4 Taman Kanak-Kanak (TK) 1.561.622 6,18%
5 Raudatul Athfal (RA) 378,094 1,44%
6 SD Usia ≤ 6 tahun 2.641.262 10,09%
Jumlah 7,159,300 27,37%

Beberapa kebijakan pemerintah untuk menaungi pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia telah digulirkan, yaitu :
1. Prinsip pendidikan yang didasarakan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak dan mengutamakan kegiatan bermain.
2. Lingkup sasarannya adalah anak usia lahir sampai dengan 6 tahun, orang tua dan masyarakat yang memiliki anak usia dini dan/atau terlibat dalam berbagai layanan pendidikan anak usia dini, serta lembaga-lembaga yang memberikan layanan bagi anak usia dini dan/atau memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Fokus program diarahkan pada intervensi pendidikan bagi anak usia dini yang ada di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini.
4. Pendekatannya dilakukan melalui pengelolaan pendidikan yang berbasis pada masyarakat, pemberdayaan para pakar/praktisi di bidang pendidikan anak usia dini, perumusan berbagai rencana kegiatan bagi pendidikan anak usia dini, pelaksanaan sosialisasi, pemberian bantuan teknis, serta pendampingan dan/atau pembinaan secara berkesinambungan terhadap berbagai layanan pendidikan anak usia dini.
Sejalan dengan upaya pemberian layanan pendidikan bagi anak usia dini, permasalahan dalam pendidikan anak usia dini banyak ditemukan, diantaranya :
1. Masih rendahnya anak usia dini yang belum tersentuh layanan pendidikan dini apapun (dari 26,1 juta baru 28% anak yang memperoleh PAUD).
2. Masih sangat rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
3. Masih terbatasnya lembaga layanan PAUD.
4. Masih terbatasnya dana untuk PAUD (dari APBN dan APBD)
5. Masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik untuk anak usia dini serta masih rendahnya kualitas tenaga pendidik yang ada.
6. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak, di mana guru lebih banyak berperan menyampaikan materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak untuk berperan aktif.
7. Masih belum memadainya persepsi guru tentang nuansa belajar melalui bermain yang merupakan prinsip pembelajaran bagi anak sehingga kegiatan yang dilakukan guru masih lebih bersifat teacher-centered yang mengakibatkan anak tidak bergairah, bosan dan malas belajar.
8. Cukup banyaknya orang tua dan sekolah dasar yang menuntut anak lulusan TK untuk telah menguasai kemampuan yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Inggris. (Ernawulan Syaodih 2007:242).
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada 2 tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Secara langsung : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang optimal dan siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan selanjutnya.
2. Secara tidak langsung : Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orang tua, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak dini (0-6 tahun). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, lembaga/organisasi dalam pembinaan dan penyelenggaraan berbagai program layanan PAUD.
Untuk melaksanakan tujuan PAUD terasebut maka pemerintah membentuk direktorat PAUD. Dasar Keberadaan Direktorat PAUD :
1. Surat Kep. MENPAN No. 81/M.PAN/3/2001, 30/3-2001
2. Surat Kep. Mendiknas No.051/O/2001 , 19 April 2001
Tugas Pokok : Menyiapkan bahan rumusan kebijakan & standarisasiserta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang PAUD
Fungsi : (1) Penyiapan bahan rumusan kebijakan di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(2) Penyiapan bahan rumusan standarisasi teknis, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan sejenis, dan pemberdayaan peranserta masyarakat;
(3) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penitipan anak, kelompok bermain, satuan pendidikan, sejenis dan pemberdayaan peranserta masyarakat;

Arah Kebijakan :
1. Mendukung upaya perluasan,pemerataan peningkatan mutu layanan bagi anak usia dini (0-6 tahun), khusus nya bagi mereka yg sangat rawan & kurang beruntung
2. Mengembangkan berbagai program perintisan PAUD yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Memanfaatkan berbagai sarana/prasaran yang ada di masyarakat untuk pengembangan berbagai program layanan PAUD
4. Meningkatkan jaringan kerja/kemitraan dengan berbagai lembaga/organisasi terkait, dalam bentuk pelembagaan konsorsium dan Forum PAUD
5. Sosialiasi dan Pemasyarakatan PAUD
6. Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik/Pamong PAUD dan Pengelola/lembaga

Program Layanan PAUD Jalur non formal :
1. TPA (untuk anak usia 3 bulan – 6 tahun)
2. KB ( untuk anak usia 2 – 6 tahun)
3. Bentuk lain yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis)

Sasaran Layanan PAUD :
1. Sasaran utama : anak usia 0 – 6 tahun
2. Sasaran antara : a. Orang tua/keluarga
b. Pendidik/pengelola PAUD
c. Lembaga layanan PAUD

Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran PAUD :
1. Perencanaan Program Pembelajaran, meliputi :
a.menyiapkan sarana yang diperlukan
b. menentukan waktu, tempat dan petugas
c. Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan
Prinsipnya :
– Obyektif dan rasional (ketersedian SDM, dana, sarana/prasarana)
– Menyeluruh (rencana memuat semua komponen keg.pembelajaran)
– Sistematis, jelas dan sederhana (agar mudah digunakan pendidik)

2. Pelaksanaan Program Pembelajaran
a. bermain sambil belajar
b. metode
c. materi, bahan dan alat
Prinsip : 1) tidak membosankan, (2) dapat dipergunakan untuk mengembang kan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku anak, (3) sesuai minat dan perkembangan anak, (4) sesuai lingkungan, (5) murah dan mudah didapat, (6) aman dan tidak berbahaya bagi anak

3. Evaluasi Program Pembelajaran
a. Perkembangan pribadi anak
b. Materi yang diberikan
c. Proses pembelajaran

Prinsip : (1) dilaksanakan secara kontinuitas, (2) menyeluruh, (3) obyektif, (4) kooperatif (kerjasama antar ketiga prinsip diatas)

Standar Pelayanan Minimum

:

Prinsip Pembelajaran PAUD :
1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh
3. Memperhatikan perbedaan individu, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya (developmentally appropriate program)
4. Kegiatan bermain harus sesuai dengan perkembangan anak
5. Berorientasi pada kebutuhan anak
6. Belajar melalui bermain.
7. Kreatif dan Inovatif
8. Lingkungan yang kondusif & memberikan kenyaman dan keamanan bagi anak
9. Menggunakan pembelajaran terpadu
10. Mengembangkan keterampilan hidup
11. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar serta alat/sarana pendidikan yang edukatif
12. Mengacu pada 9 kemampuan belajar anak untuk melejitkan semua potensi kecerdasan (multi kecerdasan anak) :
• Kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
• Kecerdasan logika-matematika, yaitu kecerdasan yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
• Kecerdasan visual-spasial, yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
• Kecerdasan musikal, yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
• Kecerdasan kinestetik, yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan tubuh
• Kecerdasan naturalis, yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
• Kecerdasan interpersonal kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
• Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
• Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
Berdasarkan teori multi kecerdasan ini diyakini bahwa setiap anak memiliki berbagai aspek kecerdasan yang akan dapat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam diri seseorang tetapi memilki kadar atau tingakt yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Menurut teori multi kecerdasan ini setiap anak setidaknya memiliki 9 kecerdasan. Seluruh aspek ini sebenarnya dapat dikembangkan secara bersama-sama tetapi hasil belajar yang didapat tentunya akan berbeda pula pada setiap anak sesuai dengan potensi yang dominan pada diri mereka. Tugas guru di sekolah dan orang tua di rumahlah yang harus dapat mendeteksi aspek-aspek mana saja yang dominan pada diri anak. Setelah itu guru maupun orang tua dapat mengoptimalkan perkembangannya sesuai dengan model pembelajaran yang ada dalam pendidikan anak usia dini, seperti model pembelajaran sentra.

c. Model Pembelajarn Sentra
Filosofi dari program pembelajaran sentra berasal dari beberapa ahli psikologi, diantaranya teori dan model pembelajaran dari Helen Parkhust dengan sekolah Dalton, dimana tidak digunakannya program klasikal, tetapi menggunakan sentra-sentra sebagai tempat untuk belajar. Sedangkan program pembelajaran yang digunakan adalah dengan mengembangkan teori dari beberapa ahli seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, Anna Freud dan Sarah Smilansky. Mereka percaya bahwa ada 4 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu :
a. Teori Pengetahuan (theory of knowledge/self knowledge)
Piaget berpendapat bahwa manusia dalam hidupnya memiliki 3 jenis pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya, yaitu :
1) Pengetahuan Fisik (Physical Knowledge), yaitu pengetahun yang berhubungan dengan bentuk-bentuk fisik seperti warna, bentuk, ukuran, berbagai objek fisik dari lingkungan dan bagaimana perlakuan terhadap objek itu.
2) Pengetahuan Logika Matematika ( Logica Mathematical Knowledge), yaitu berhubungan dengan angka, berhitung, perbandingan, mengurutkan, mengelompokkan.
3) Pengetahuan Social (Social Knowledge), yaitu pengetahuan untuk berinteraksi dengan makhluk lain karena manusia adalah makhluk sosial.

b. Teori Perkembangan (theory of development)
Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu dari bayi hingga dewasa., meliputi :
1) Perkembangan Kognitif
2) Perkembangan Sosial
3) Perkembangan Bahasa
4) Perkembangan Psikomotorik
5) Perkembangan Afektif

c. Teori Belajar (theory of learning)
Sesuai dengan program PAUD, yaitu penerapan perkembangan yang tepat dengan pendekatan bermain bahwa dari teori perkembangan dapat dilihat bahwa anak memperoleh pengtahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing), karena anak senang bermain dan sangat menikmatinya. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Sedangkan peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, yaitu sebagai pemberi makna sehingga anak dapat memperoleh pengetahua. Bila anak dibiarkan bermain sendiri maka anaka tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya melainkan keputusasaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1. harus muncul dari dalam diri anak,
2. harusb bebas dari aturan yang mengikat,
3. aktivitas nyata,
4. berfokus pada proses daripada hasil
5. didominasi oleh pemain
6. melibatkan peran aktif dari pemain

d. Teori Mengajar (theory of teaching)
Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak yang diambil oleh para ahli dari cara anak bermain, ada 3 yaitu :
1. Permainan Sensorimotor dan fungsi, contohnya : bermain sepeda, merobek, melukis, bermain pasir dan permainan yang menstimulasi perkembangan sensorik dan motoriknya.
2. Beramin peran atau simbolis (makro dan mikro), contohnya : bermain dokter-dokteran dengan menggunakan alat-alat dokter yang seperti alat dokter yang sesungguhnya (makro), sedangkan bermain boneka barbie (mikro)
3. Pembangunan (zat cair sampai kerangka), contohnya : bermain takar air, kocok sabun, bermain dengan balok.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran perlu diupayakan tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak., dengan memperhatikan Bagan Kemampuan bermain pada anak, berikut ini :
Usia Persentase bentuk permainan dalam Waktu
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0–1tahun Sensorimotor
1-2 tahun Sensorimotor Simbolik
2-3 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
3-4 tahun Sensorimotor Simbolik Konstruksi
(Charles H. Wolfgang dan Mary E. Wolfgang dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:369)
Bagan ini berpengaruh pada setiapsentra yang diberikan pada anak sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pemilihan sentra yang akan dikembangkan disesuaikan berbagai multikecerdasan yang akan dikembangkan. Sentra tersebut antara lain :
a. Sentra bahan alam, bertujuan memberi pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi dan mengenalkan konsep kering hingga basah, seperti : air, pasir, biji-bijian yang mudah ditemukan anak sehari-hari. Evaluasi pada sentra ini difokuskan pada proses.
b. Sentra seni, fokusnya memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan dengan menggunakan bahan dan alat, seperti : melipat, menggunting, mewarnai. Evaluasinya juga pada proses.
c. Sentra bermain peran sesungguhnya (macro play), sentra ini mendukung sepenuhnya perkembangan bahasa dan interaksi sosial.
d. Sentra bermain peran (micro play), dimana anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia.
e. Sentra balok, membantu perkembangan anak dalam keterampilan berkonstruksi mulai dari menumpuk balok sampai mempresentasikan kehidupan nyata misalnya membuat rumah atau jalan dari balok. Sentra ini juga mengembangkan kemampuan anak untuk bekerja sendiri.
f. Sentra persiapan, berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengembnagkan kemampuan matematika, pramenulis dan pra membaca dalam bentuk: mengurutkan, mengelompokkan.
g. Sentra agama, mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini.
(Yuliani Nurani dan Bambang Sujono dalam Mozaik Teknologi Pendidikan, 2007:365)

d. Aplikasi Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Aplikasi teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan lebih bermakna bagi kehidupan si pembelajar. Aplikasi teknologi pendidikan pada PAUD menggunakan pendekatan epistemologi teknologi pendidikan dengan persyaratan :
1. Pendekatan Isomorfi, PAUD terdiri dari multidisiplin ilmu antara lain : Psikologi, Komunikasi, Pendidikan, Sosiologi, Antropologi, Kesehatan dan Keperawatan, Gizi, Fisiologi.
2. Pendekatan Sistematik, PAUD memiliki urutan kerja yang teratur dan terarah dalam mengatasi masalah belajar dan tumbuh kembangnya anak usia dini.
3. Pendekatan Sinergistik, PAUD menggabungkan berbagai cara dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini sesuai karakter dan kebutuhan anak, karena setiap anak berbeda sehingga seharusnya mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berbeda pula.
4. Pendekatan Sistemik, dalam PAUD dilakukan pengkajian yang menyeluruh karena dalam mengkaji layanan pendidikan pada anak usia dini harus secara komprehensif berdasarkan aspek sosio-emosional, motorik, kognitif, bahasa, spiritual harus ditumbuhkembangkan sejak dini.
Para ahli telah mengemukakan model pengembangan pembelajaran yang dikenal dengan AT&T Instructional Dvelopment Model dengan tahapan kerja yang diaplikasikan pada PAUD sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan, tahap ini melakukakan identifikasi pada anak yang akan dilayani berdasarkan usia.
2. Analisis keterampilan, menganalisis keterampilan apa saja yang akan diberikan sebagai bentuk layanan dengan didasarkan pada potensi bawaan si anak yang akan dikembangkan.
3. Menulis tujuan, menuliskan hasil dari tahap 2 dan menyusun tujuan dengan didasarkan pada kompetensi mulai dari umum sampai khusus yang menjadi indikator hasil belajar.
4. Desain pembelajaran, menentukan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan, misalnya model pembelajaran sentra dengan pengelolaan kelas bersifat moving class.
5. Pengembangan bahan, penentuan berbagai bahan dan sumber belajar di setiap sentra belajar yang akan dikembangkan.
6. Pelaksanaan, perlu diperhatikan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi, harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, bersifat individual dan menggunakan serangkaian prosedur yang tepat, seperti penilaian hasil belajar melalui portofolio. Terdapat dua aspek penilaian pada PAUD yaitu penilaian berdasarkan aspek pengembangan dan belajar.

PENUTUP

a. Simpulan
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas tanggal 8 Juli 2003 bab I pasal 1, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini di Indonesia berperan penting dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pengembangan kemampuan anak perlu dilakukan secara terencana dan sistematis sesuai dengan karakter, kebutuhan, dan gaya belajar mereka. Pendidikan bagi anak usia dini perlu berorientasi pada perkembangan yang memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan anak, melibatkan anak secara emosional dan intelektual, serta membuka daya imajinasi mereka baik melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Dengan pendekatan perkembangan, anak juga dilatih untuk memilih dan memfokuskan perhatiannya pada tugas yang menarik dan bermakna. Dalam belajar sebaiknya anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda. Pendekatan perkembangan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak dan lingkungannya.
Pengembangan model pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan salah satu aplikasi Teknologi Pendidikan. Sedangkan aplikasi teknologi pendidakan pada PAUD dimaksudkan agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan anak di setiap tahapan usia. Adapun tujuan utamanya untuk mengembangkan potensi anak secara optimal melalui pemberian berbagai kegiatan permainan dan stimulus oleh lingkungan. Diyakini bahwa orangtua dan orang-orang terdekat dalam kehidupan anak akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan potensi kecerdasan yang ada pada anak, maka proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan pada anak melalui pemberian stimulasi yang tepat. Untuk memunculkan berbagai multikecerdasan tersebut, maka salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini adalah dengan menggunakan model pembelajaran sentra, dengan bentuk pelayanan secara individual disertai kebebasan memilih sentra sesuai minat anak sehingga anak dapat belajar menemukan sesuatu secara maniri

b. Saran
Ada bebrapa hal yang dapat penulis sarankan :
1. Orang tua hendaknya mengutamakan pendidikan anak-anak mereka di usia dini (Golden Age), karena anak adalah aset yang sangat berharga di dunia dan akhirat.
2. Pendidik hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui penelitian-penelitian dan kajian ilmiah dalam usaha menemukan pola PAUD yang lebih efektif dan efisien.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan proses pendidikan pada anak usia dini melalui kemampuan dan kewenangan yang mereka miliki.
4. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga. Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendsidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rochman Natawidjaja.dkk. 2007. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Yusufhadi Miarso.2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hello world!

Januari 8, 2009

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!