ANALISIS PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SEKOLAH DASA

ANALISIS PEMBELAJARAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

DI

SEKOLAH DASAR

Disusun oleh:

Diana Yulianty

NIM. 20082013031

Kelas Sore B

Mata Kuliah:  Komputer

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Zulkardi, MI.Komp., M.Sc.

Dr. Darmowijoyo, M.Sc.

Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Jl. Padang Selasa No. 524 Bukit Besar Palembang 30139

Telp. (0711) 354222; 352132 Fax: (0711) 317202; 320310

Email: ppsunsri@pps.unsri.ac.id Homepage: http://www.pps.unsri.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

I. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

1.2.Pemanfaatan TIK

1.3.Permasalahan

1.4.Tujuan

1.5.Manfaat

II.Pembahasan

2.1.Pembelajaran TIK di Sekolah Dasar

2.2.Standar Isi TIK SD 10

2.3.Implementasi TIK pada Pendidikan Dasar

III. Kesimpulan dan Saran

3.1.Kesimpulan

3.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya, dan dengan pertolonganNya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Analisis Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah Dasar Negeri 114, 117, dan 179 di Palembang”. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu Bapak Prof. Dr. Zulkardi, MI. Komp., M.Sc., yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya program studi Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.

Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.

Demikianlah makalah ini saya buat, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak dan ibu sekalian, maka untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis,

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  Dalam tujuan yang ingin dicapai terlihat bahwa pendidikan merupakan pengembangan potensi siswa sesuai dengan kondisi yang ada seperti kultur masyarakat, ketersediaan sumber daya dan dukungan dari masyarakat, dan pemerintah.

Pendidikan dasar menurut pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa  Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa usia 7 tahun sampai 15 tahun merupakan usia anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah (SMP). Sesuai dengan amanat Undang-undang bahwa pendidikan dasar di Indonesia terdiri dari dua jenjang yaitu SD dan SMP, semua anak usia 7 s/d 15 tahun wajib untuk mendapatkan pendidikan dasar. Jadi pendidikan dasar merupakan hak sekaligus kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali.

Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan tenaga pengajar dan sarana infrastruktur untuk mencapai wajib belajar 9 tahun. Sesuai dengan pasal 11 ayat 1 dan 2 di jelaskan (1)  Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. (2)  Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Sebagai salah satu negara berpopulasi penduduk yang tinggi, tentunya negara Indonesia memiliki tantangan yang nyaris sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu negara. Indonesia dengan populasi penduduknya yang besar, terdiri dari antara lain tenaga kependidikan dan siswa yang tersebar di seluruh wilayah negara Indonesia, tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan. Beberapa tantangan tersebut diantaranya adalah masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Tantangan lainnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan, sebagai contohnya tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi terkoneksi internet. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula masih rendahnya nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. (4) Rendahnya tingkat pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK, sedangkan disisi lain, tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bukan hanya komputer dan internetnya, tetapi TIK juga meliputi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Sehingga banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang dimanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat dan berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.

Dalam dunia pendidikan, TIK sudah diperkenalkan dalam pendidikan formal mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), meskipun dalam pelaksanaannya tidak semua Sekolah Dasar yang memasukkan pendidikan TIK dalam kurikulumnya. Oleh karena itu maka penulis berkeinginan untuk  menganalisis apa dan bagaimana proses pembelajaran TIK yang dilaksanakan di Sekolah Dasar.

1.2. Pemanfaatan TIK

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), berdasarkan manfaatnya dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.  Pertama, TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai referensi ilmu pengetahuan terkini, manajemen pengetahuan, jaringan pakar beragam bidang ilmu, jaringan antar institusi pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum, dan komunitas perbandingan standar kompetensi.  Kedua, TIK sebagai alat bantu pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar- mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: animasi peristiwa, alat uji siswa, sumber referensi ajar, evaluasi kinerja siswa, simulasi kasus, alat peraga visual, dan media komunikasi antar guru. Kemudian, (2) TIK sebagai alat bantu interaksi guru-siswa yang meliputi: komunikasi guru-siswa, kolaborasi kelompok studi, dan manajemen kelas terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai alat bantu siswa meliputi: buku interaktif, belajar mandiri, latihan soal, media ilustrasi, simulasi pelajaran, alat karya siswa, dan media komunikasi antar siswa. Ketiga, TIK sebagai fasilitas pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: perpustakaan elektronik, kelas virtual, aplikasi multimedia, kelas teater multimedia, kelas jarak jauh, papan elektronik sekolah, alat ajar multi-intelejensia, pojok internet, dan komunikasi kolaborasi kooperasi (intranet sekolah). Keempat, TIK sebagai infrastruktur pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK mendukung teknis dan aplikatif untuk pembelajaran, baik dalam skala menengah maupun luas yang meliputi: ragam teknologi kanal distribusi, ragam aplikasi dan perangkat lunak, bahasa pemrograman, sistem basis data, komputer personal, alat-alat digiital, sistem operasi, sistem jaringan dan komunikasi data, dan infrastruktur teknologi informasi (media transmisi).

Optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut menumbuhkan harapan bahwa hal ini akan memberi sumbangan besar dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills, (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

1.3. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan untuk dibahas pada makalah ini, yaitu:

  1. Apakah TIK perlu dipelajari di tingkat Sekolah Dasar?
  2. Bagaimana kurikulum TIK di tingkat Sekolah Dasar?
  3. Bagaimana implementasi pembelajaran TIK di tingkat Sekolah Dasar?

1.4. Tujuan

Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini, dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pentingnya pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.
  2. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.
  3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, yaitu:

  1. Menambah khazanah wawasan bagi pemakalah dalam hal pelaksanaan pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.
  2. Menambah hasil karya ilmiah bagi program studi Teknologi Pendidikan program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
  3. Menjadi Sumbang saran serta bahan perbaikan bagi pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.

II. PEMBAHASAN

2.1. Pembelajaran TIK di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran memerlukan adanya subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dan siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer ilmu pengetahuan berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran guru dan siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran sangat perlu untuk dipahami dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Era pendidikan berbasis TIK telah berlangsung saat ini, peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi siswanya. Oleh karena itu, guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Peran guru sebagaimana dimaksudkan tersebut menjadikan peran siswapun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang harus banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain

Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka manajemen sekolah, guru dan siswa harus memahami sembilan prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:

  1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
  2. Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keingintahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
  3. Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
  4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  5. Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inheren yang merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
  6. Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning
  7. Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
  8. Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik.
  9. High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT and media literacy

Pembelajaran TIK yang perencanaan pembelajarannya tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang telah disusun dan implementasinya yang akan  dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis. Pertama, Pendekatan idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya), yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kedua, pendekatan pragmatis yang dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut. Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi). Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan televisi edukasi (TVE), yang memiliki peran sangat besar dalam upaya menghadapi tantangan besar bagi negara kita dalam mencerdaskan bangsa melalui akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan.

Depdiknas selalu berupaya menjawab tantangan tersebut dengan inisiatif yang penuh inovasi melalui penyelenggaraan siaran TVE yang diresmikan pada tahun 2004 ini merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Kemudian pada tahun 2006, Depdiknas menggelar Jardiknas  yang merupakan jaringan TIK nasional terbesar yang dimanfaatkan oleh Depdiknas untuk keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan. TVE yang kini telah memiliki saluran 2 untuk guru yang  memiliki pola siaran: Informasi yang berisikan materi: News, Pola siaran yang berisikan Kebijakan, Profil Guru, dan sebagainya; Tutorial (Pendidikan Formal) yang berisikan materi: pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium; dan Pengayaan yang berisikan materi: pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru. Sedangkan Jardiknas saat ini memiliki 1.072 node (simpul) Zona Kantor dan Perguruan Tinggi yang tersebar di 33 provinsi dan 456 kabupaten/kota. Jardiknas yang berpusat di NOC Pustekkom Ciputat Banten dan NOC Telkom Karet Jakarta ini difasilitasi bandwidth intranet, internet domestik dan internet internasional yang cukup memadai untuk mendukung e-administrasi dan e-pembelajaran di Indonesia.

Dalam waktu dekat – dalam rangka memenuhi Inpres nomor 5 tahun 2008 – Depdiknas akan mengembangkan Jardiknas Zona Sekolah untuk 15.000 sekolah dan Jardiknas Zona Perorangan untuk 7.943 tenaga pengajar yang memiliki laptop. Media koneksi Jardiknas Zona Sekolah berorientasi static internet (fixed), sedangkan Jardiknas Zona Perorangan berorientasi kepada mobile internet. Konten Kita memahami bahwa infrastruktur semegah apapun tidak akan berarti sama sekali jika tiada konten bermanfaat di dalamnya. Setiap hari pengguna internet berselancar di dunia maya hanya untuk mencari konten yang benar-benar diinginkannya secara instan. Baik didorong oleh rasa keingintahuan terhadap suatu fenomena maupun sekedar membuktikan sebuah informasi. Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas.

Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ. Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD. Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel dan Satelit.Sumber: Kwarta Adimphrana (Pembelajaran TIK).

2.2. Standar Isi TIK SD

Berdasarkan Standar Isi (Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan). Kerangka Dasar Kurikulum untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per mingggu untuk SD/MI/SDLB: Kelas I-III adalah 29 sampai dengan 32 jam pembelajaran. Kelas IV-V adalah 34 jam pembelajaran. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

2.3. Implementasi TIK pada Pendidikan Dasar

Setelah analisis dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana implementasi TIK yang sesungguhnya. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh penulis dilapangan,bahwa pada dasarnya pembelajaran TIK di tingkat Sekolah Dasar sangat di perlukan, dalam hal ini kami mengadakan penelitian di 3 (tiga) sekolah, yaitu: Sekolah Dasar Negeri 114, Sekolah Dasar Negeri 117, dan Sekolah Dasar Negeri 179. Ketiga sekolah tersebut sesuai dengan kriteria sekolah yang menurut kami memenuhi tiga kriteria tingkatan, yaitu: tingkat kurang, tingkat sedang dan tingkat baik.

Adapun kriteria sekolah yang telah melakukan pembelajaran TIK di Sekolah Dasar, yaitu sebagai berikut:

  1. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat kurang.

Berdasarkan hasil analisa kami, bahwa Sekolah Dasar Negeri 114 masuk dalam kategori tingkat kurang, mengapa kami katakan demikian? Sebelum kami mengatakan alasannya, ada baiknya kita menjelaskan terlebih dahulu pembelajaran TIK di sekolah ini. Sekolah Dasar Negeri 114 di kenal dengan nama sekolah yang menerapkan Pengenalan Teknologi Dasar (PTD). Sekolah ini pembelajaran TIK masih tergolong kurang, karena mereka memberikan pelajaran TIK secara umum, di sekolah ini mereka memberikan pelajaran teknologi dalam bidang; membatik, transportasi, komunikasi dan berkebun. Sedangkan pembelajaran TIK itu sendiri hanya sebatas pengenalan alat-alatnya saja, seperti; monitor, keyboard, CPU, mouse, dan lainnya, dan tidak dipelajari lebih mendalam. Untuk nilai PTD sendiri di masukkan ke dalam nilai raport sebagai nilai muatan lokal. Adapun modul yang digunakan adalah modul yang mengarah ke teknologi dasar secara umum. Maka, dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran TIK di sekolah ini masih kurang.

  1. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat sedang

Adapun kategori yang kedua adalah kriteria tingkat sedang, dalam hal ini kami menganalisa Sekolah Dasar Negeri 117, pada sekolah ini pelaksanaan  pembelajaran TIK dalam bentuk muatan lokal yang diasuh oleh satu orang tenaga pengajar berijazah D.III UMUM. Sarana yang tersedia hanya 1 buah unit komputer, pelaksanaan pembelajaran berlangsung di ruangan perpustakaan karena di laksanakan dengan cara bergiliran sementara siswa lain membaca buku di perpustakaan. Di sekolah ini pembelajaran TIK dilaksanakan dengan meggunakan modul yang dilaksanakan dalam bentuk pengenalan komputer saja.

Di Sekolah ini lebih mengutamakan program kelas Akselerasi dan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), kelas akselerasi dimulai dari kelas empat, adapun syarat untuk dapat masuk kelas tersebut siswa harus masuk peringkat lima besar pada waktu di kelas tiga, dan perlu diketahui bahwa sekolah ini dijadikan sekolah percontohan  PMRI di bawah bimbingan langsung Bapak Prof. Zulkardi, M.I.Kom., M.Sc. Menurut keterangan kepala sekolah Bapak Drs. Bahrun, disekolah ini TIK akan dikembangkan, tetapi masih terkendala masalah sarana komputer  dan prasarana gedung yang belum tersedia. Oleh karena itu pembelajaran TIK disekolah ini belum dapat dilaksanakan secara maksimal, walaupun demikian nilai TIK masih masuk dalam nilai raport pada mata pelajaran muatan lokal (MULOK).

  1. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat baik

Sekolah yang masuk dalam kategori baik dalam hal pembelajaran TIK adalah Sekolah Dasar Negeri 179. Sekolah ini adalah sekolah yang berstandar Internasional (SBI) di bawah kepemimpinan Ibu Dra. Yuliani. Jumlah siswa disekolah ini yaitu 638 orang, yang tersebar di 23 kelas mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, setiap tingkatan kelas memiliki empat kelas, kecuali kelas 3 yang hanya memiliki 3 kelas. Pada sekolah ini pembelajaran TIK telah di laksanakan mulai dari kelas 1 s/d kelas 6 dengan lama waktu pembelajaran 2 jam perminggu,1 jam sama 35 menit setiap siswa di haruskan membayar Rp.15.000,00 per-bulan untuk biaya operasional .Sarana komputer yang tersedia terdiri dari 22 unit,1 server untuk jardiknas dan 1 server lagi untuk jaringan internet internasional 5 unit untk pelatihan guru ,yang patut di banggakan pada sekolah ini adalah komputer yang telah ada meupakan swadaya dari orang tua siswa yang telah di rintis oleh pihak sekolah,komite serta peran orang tua siswa selama lebih kurang 2 tahun sumbangan dari pihak diknas baik kota maupun propinsi, sedangkan tenaga pengajar berjumlah 4 orang yaitu; Purwanto sebagai koordinator sekaligus pengajar,di bantu oleh 3 orang,yaitu: Ibu Jenny Cristina,Amd,Ibu Halmahera dan Bapak Arief fadillah, S.Kom.

TABEL TENAGA PENGAJAR TIK DI SDN 179 PALEMBANG

NO NAMA PENDIDIKAN STATUS DIKLAT/PELATIHAN KET
1. Purwanto D.II

Pend. Penjaskes

PNS Bandung

dan

Bali

Pengajar sekaligus Tehnisi komputer
2. Jenny Cristina, A.Md. D.III.

Komp. Akuntansi

PTT Pengajar
3. Halmahera SMA PTT Pengajar
4. Arief Fadillah, S.Kom S.1.

Sarjana Komputer

PTT Pengajar

Berdasarkan keterangan dari tim pengajar tersebut, bahwa pembelajaran TIK sangat diperlukan, karena dapat menunjang efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bidang studi yang lain, seperti; matematika, Bahasa  Inggris, Biologi, sejarah, geografi dan banyak lagi. Di sekolah ini setiap guru bidang studi mendapatkan kesempatan belajar TIK itu sendiri yang dilaksanakan di sore hari, sehingga setiap guru dapat memanfaatkan komputer, khususnya mengakses internet untuk mendownload materi pelajaran dari bidang studi yang diajarkan. Materi ini dapat disampaikan oleh guru kepada siswa di dalam kelas dikarenakan tersedianya juga sarana sebuah LCD dan dua buah laptop.

Maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga Sekolah Dasar yang telah kami kunjungi, bahwa pembelajaran TIK di Sekolah Dasar sangat diperlukan  untuk dipelajari dan hanya Sekolah Dasar Negeri 179 yang telah menerapkan pembelajaran TIK sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun pelaksanaan kurikulum di SD yang kami teliti,dapat di deskripsikan bahwa hanya di SD Negeri 179 Palembang menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari pusat.dalam tulisan ini kami lampirkan perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru yang mengajarkan TIK disekolah tersebut.Berdasarkan keterangan dari guru yang mengajar yaitu Ibu Jeni Cristina,A.Md,beliau banyak menambah dan mengurangi KTSP yang ditulis dalam perangkat pembelajarannya dikarenakan ingin menyesuaikan dengan keadaan yang ada dilapangan.Perubahan tersebut kami analisis sebagai berikut : ( lihat pada silabus )

III. PENUTUP

  1. Simpulan

Dari pemaparan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa:

  1. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya pada sekolah dasar sangatlah penting, agar siswa dapat menyalurkan bakat serta minatnya pada jenjang berikutnya.
  2. Pembelajaran TIK dapat terlaksana dengan maksimal dengan adanya dukungan baik dari guru, orang tua siswa serta peran serta komite sekolah.
  1. Saran
    1. Bagi sekolah-sekolah yang belum dapat melaksanakan pembelajaran TIK secara maksimal diharapkan ke depan dapat berupaya lebih giat lagi dengan cara meningkatkan  kerjasama khususnya dengan komite sekolah.i
    2. Bagi sekolah yang telah melaksanakan pembelajaran TIK agar dapat memenuhi tuntutan dunia pendidikan pada saat ini dengan berpedoman pada ketentuan yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bsnp-indonesia.org/files/SK_Pelaksanaan_SI-SKL.pdf

http://www.dispendikkabprob.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=104

http://ariesmada.net/kurikulum/Pelaksanaan%20SI-SKL.pdf

http://enggar.net/2008/02/19/pembelajaran-tik/

http://gurukreatif.wordpress.com/2008/04/15/integrasi-tik-dalam-pembelajaran-di-sekolah-dasar-makalah-seminar-the-power-of-ict-di-pasca-sarjana-universitas-negeri-jakarta-15-april-2008/

Tinggalkan komentar